“ALIKA” Arang Limbah Kelapa; Bahan Bakar Alternatif Bersahabat Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah Kelapa di Pantai Drini
Kelapa (Cocos nucifera) adalah buah dari marga Cocos
yang merupakan suku dari Arecaceae. Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa
terluas di dunia, dengan luas areal mencapai 3,86 juta hektar (ha) atau 31,2
persen dari total areal dunia sekitar 12 juta ha. Sebahagian besar (98%) dari
total luas perkebunan kelapa di indonesia merupakan perkebunan rakyat, dan
sisanya berupa perkebunan negara dan perkebunan swasta (www.dekindo.com).
Potensi lahan pengembangan komoditi yang ada di Yogyakarta yang sudah digunakan
adalah seluas 44.030 ha. Dari angka yang sangat besar itu sangat disayangkan
karena kelapa belum menjadi komoditas unggulan, padahal potensinya begitu besar
secara nasional maupun di dunia.
Kelapa merupakan buah yang serbaguna karena seluruh
bagiannya dapat dimanfaatkan. Sumber daya kelapa sesungguhnya memiliki potensi
yang sangat besar dan perlu dioptimalkan pengelolaannya sehingga kembali
menjadi sebagai salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Kelapa
memiliki kontribusi dan peran strategis hampir pada semua bidang kehidupan,
yaitu di bidang ekonomi, pangan, kesehatan, energi, lingkungan, konstruksi,
sosial budaya, seni dan kerajinan, serta pariwisata. Sebagai contoh adalah
pemanfaatan air kelapa muda sebagai pengganti air putih. Sehingga tak jarang
kelapa muda tersedia di berbagai obyek wisata seperti obyek wisata pantai.
Akibatnya banyak sekali sampah kelapa di obyek wisata. Kasus ini sudah banyak
terjadi di banyak obyek wisata pantai, sebagai contoh adalah kasus yang terjadi
di pantai Drini.
Pantai Drini adalah salah satu pantai yang terletak
di desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, kabupaten Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Panjang garis tepi pantai ini adalah 3 kilometer Dan
terletak pada koordinat 8°8'20"S 110°34'43"E.
Pantai Drini merupakan tempat wisata yang cukup
ramai dikunjungi oleh wisatawan. Data statistik komhukum Gunungkidul
menunjukkan pengunjung yang mengungjungi pantai ini sebanyak 888.744 sampai 17
Desember 2012. Dari data Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan (Disbudpar) Gunungkidul, jumlah total uang retribusi pajak tahun
2012 sebanyak Rp3,3 milyar. Itu artinya, wisatawan yang berkunjung ke pantai
ini cukup banyak.
Menurut hasil wawancara dengan salah seorang
pedagang di pantai Drini yang bernama Hariningsih pada hari Kamis 9 Mei 2013,
jumlah kelapa yang terjual tiap minggunya sekitar 2 kuintal. Namun jumlah
kelapa yang terjual akan sangat melonjak ketika musim liburan, yakni hingga
mencapai 1 ton per minggu. Hal itu sangat mempengaruhi jumlah pendapatan Ibu
Hariningsih.
Dari data-data yang tertera diatas menunjukkan minat
konsumsi terhadap kelapa. Hal yang demikian, akan menghasilkan limbah dari
kelapa yang sangat banyak. Limbah tersebut biasanya di kumpulkan di tempat
pembuangan akhir. Limbah kelapa di pantai ini hanya dibiarkan saja tanpa ada
upaya maksimal dari warga untuk memanfaatkanya. Sehingga menjadi tumpukan sampah
yang menggunung. Terkadang ada pula yang mencacah kelapa-kelapa tersebut
sehingga limbahnya menjadi kebih mudah kering. Sampai saat ii masih belum ada
tindak lajut mengenai pengelolaan limbah kelapa tersebut yang efektif dan
efisien. Padahal sebenarnya limbah kelapa tersebut dapat diolah menjadi bahan
bakar alternatif. Bahan alternatif itu sendiri sekarang pun sangat dibutuhkan.
0 Response to "“ALIKA” Arang Limbah Kelapa; Bahan Bakar Alternatif Bersahabat Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah Kelapa di Pantai Drini "
Posting Komentar