Yang Aku Tinggalkan


“Drrrrg..drrrrg..drrrrg..”, kendaraan-kendaraan di jalanan beramai-ramai mengklakson, sementara itu polisi yang mengejar semakin dekat. Aku pacu motorku sekencang-kencangnya sampai titik maksimal. Tanpa sengaja aku membuka mata.

 “Ternyata..”, gumamku.
Aku masih berada di kamar sudut rumah, suara-sauar tadipun bukan dari klakson kendaraan di jalanan melainkan dering HP yang ada di atas meja. Selalu saja seperti ini, mimpi-mimpi yang tak masuk akal berdatangan tiap harinya. Entah mengapa, sepertinya alam khayalku masih lebih menggebu ketimbang alam realitas. Sembari masih terbaring malas aku matikan si bising tadi, seperti biasa aku cek ada pesan masuk atau tidak, ada, namun bukan dari seseorang yang ku harapkan, ku abaikan begitu saja.
Dengan bergegas ku tinggalkan peraduan, mengambil air wudhu lalu menunaikan kewajiban. Hari ini akan menjadi hari yang sibuk dan pasti sedikit membosankan, padahal kemarin sore aku masih bersemangat. Harusnya hari ini bersama sahabat-sahabat SMPku akan berpetualang ke kota yang dulu aku pernah melukiskan kenangan. Ah, jadi teringat masa-masa itu, ketika itu aku masih di bangku TK, bersama ayah, ibu dan adikku berwisata ke kota Solo, sebuah momen yang akan sangat jarang ku rasakan dewasa ini. Tuntutan sebagai aktivis dan kegiatan lainnya telah menyita banyak waktu bahagia yang harusnya bisa dirasakan, namun tak apalah, ini juga demi kebahagiaan orang lain, aku bahagia ketika melihat orang lain bahagia meski aku di sini sendiri merasakan kehampaan.
Selesai membersihkan diri, merapikan dan mewangikannya, langsung bergegas mencari ayah yang pagi ini belum bertolak mencari secercah harapan untuk keluarga.
Berpamitan,”Yah, aku berangkat dulu.”
”Ya, hati-hati.”, sahut beliau.
Lalu ku pacu kendaraan yang selama ini selalu ada untukku, menemani kemanapun aku mau tanpa berkeluh kesah.
Sesuai janjiku semalam dengan salah seorang teman, aku akan ikut mereka kumpul tapi tidak ikut bersenang-senang. Ya, aku tepati janjiku pagi ini, menuju SMA 1 Godean, sebuah SMA terbaik se-kecamatan Godean, satu-satunya SMA yang ada di kecamatan yang cukup sempit ini. Di sana sudah terlihat Rani dan Gun yang menanti teman-teman yang lain, mereka intelektual-intelektual muda UGM, tampang mereka memang pantas merasakan perkuliahan di Universitas terbaik se Jogja itu.
Ku hampiri lalu ku sapa mereka,”Assalamu’alaikum!”
”Wa’alaikumsalam.”, jawab mereka serempak.
“Mana temen-temen yang lain? Katanya jam 7 udah kumpul, gimana sih?”, tanyaku.
 Rani yang menanggapi, “Ga tau nih, lagi aku SMSin.”,
Gun menyahut,”Iyae, ga konsisten.”
Beberapa saat kemudian sambil kami bercakap-cakap datang seorang teman lagi, Galih,  teman yang baru aku tahu kalau dia ada di Universitas yang sama denganku, namun berbeda Fakultas.
“Eh, Lih, kemarin ngapain ke PKM? Kayak kenal tapi ga aku sapa, ndak salah..hehe.”, sapaku ke Galih dengan nada bercanda.
“Woo..aku kira kamu lupa sama temen sendiri, kemarin beli tiket Festivalist bro!”, jawabnya agak sinis.
 “Ya maap..hehe”, pembelaanku dengan tertawa bersalah.
 Terlintas di otakku tentang kenangan sewaktu SMP, seorang Galih yang dulunya pendiam dan pemalu, sekarang sudah berbeda, memang aku lama sekali tak bertemu dengannya.
”Bener ternyata kata temen-temen lain, kalau galih berubah.”, kataku dalam hati.
5 menit setelah itu datang lagi 2 teman yang lain, 2 orang yang pernah sangat dekat denganku. Rifqi, sewaktu kelas 6 SD kami masuk di bimbel yang sama, dia teman pertamaku di SMP, beruntung dia sekelas denganku, karena ketika ku ingat dulu, aku sangatlah pemalu, entahlah pemalu atau penakut, bedanya tipis, untung ada dia yang membantuku kenal dengan teman-teman yang lain.
Yang satu lagi seorang perempuan berkulit sawo matang, Nawang, semenjank kejadian itu hubungan kami bisa dikatakan sangat buruk, sampai hari inipun meski kami berdekatan tapi tak sepatah katapun terucap untuk menyapa satu sama lain. Akupun malu untuk memulai, karena sepertinya ia tak memperdulikan keberadaanku disitu, mungkin kisah ini akan ku ceritakan di kesempatan lain.
Akhirnya datang juga yang ditunggu-tunggu, Finda dengan gaya tanpa dosanya datang berboncengan dengan Gustin sambil tertawa-tawa tak bersalah. Finda menghampiriku.
”Ayolah Fik ikut, katanya mau ikut, sok sibuk bagnet sih!”,rayunya dengan genit.
 “Beneran Nda, ini ga bisa ditinggal masalahnya, perintah langsung dari bos.”, aku membenarkan.
“Iya Fik ayo ikut, kan udah lama kita ga jalan bareng.”, Rani ikut merayu.
“Hadeeh,aku pengen banget sebenernya ikut Ran, tapi bener-bener ga bisa,maap deh.”, Pembelaanku selanjutnya.
“Yaudah yuk berangkat, awas lho Fik kalo kamu ga nyampe stasiun.”, ancam Finda.
“Iya-iya, aku ikut sampai stasiun.”, jawabku sambil tertawa kecil menang. Kamipun langsung meluncur ke Stasiun Tugu.
Bersambung. . .
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Yang Aku Tinggalkan"

Posting Komentar

Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver